Selasa, 09 Juni 2009

Mengenali Deman Berdarah

Mengenali Demam Khas DBD
Menyusul musim yang makin tak menentu pergantiannya, pola serangan demam berdarah dengue (DBD) pun berubah. Dulu, penyakit ini hanya muncul di saat perubahan cuaca, ketika banyak air tergenang. Kini, ia menghantui sepanjang tahun.

Di berbagai daerah di Indonesia, berulang kali sudah DBD dinyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB). Meski begitu, masyarakat belum sepenuhnya paham pada penyakit yang disebabkan oleh virus yang dibawa nyamuk Aedes aegypti ini. Gejala penyakit ini misalnya, kurang dikenali. Akibatnya, banyak penderita yang terlambat dibawa ke rumah sakit. Padahal, keterlambatan penanganan bisa berakibat fatal.

Tika Bisono, psikolog yang dulu dikenal sebagai penyanyi, luput mengenali gejala demam berdarah pada putrinya. Penyakit itu pula yang pada tahun lalu merenggut nyawa si kecil. ''Dengan penanganan yang baik dan tepat, banyak jiwa dapat terselamatkan,'' ujar Tika yang kini aktif memberikan penyuluhan masyarakat terkait pencegahan demam berdarah.

Ironisnya, bukan cuma masyarakat awam yang tidak begitu paham seluk beluk DBD. Dokter umum sekalipun masih sering keliru dan kurang waspada menangkap tanda gawat yang ditunjukkan pasiennya. ''Akibatnya, penanganan demam berdarah menjadi tidak tepat,'' ungkap dr J Hudyono MS SpOk MFPM dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

Demam berdarah kerap disangka penyakit lain, seperti tipus, sakit tenggorokan, sakit pencernaan, dan flu. Wajah merah sembab yang diperlihatkan penderita demam berdarah kadang disimpulkan sebagai gejala tampek. ''Tak heran banyak pasien yang kemudian nyawanya tak tertolong,'' imbuh Hudyono saat berbicara dalam penyuluhan demam berdarah di Puskesmas Tebet, Jakarta Selatan, belum lama ini.

Jika saja teliti mengamati, DBD sesungguhnya bisa dikenali oleh orang awam. Ada gejala khas yang menyertai penyakit yang di tahun 1998 mencatat angka kejadian tertinggi di Indonesia ini. Salah diagnosis pun dapat dihindari jika dokter memerhatikan gejala khas tersebut.

Gejala paling khas pada demam berdarah menyangkut demam itu sendiri. Setelah empat hingga enam hari masa inkubasi, virus dengue akan membuat tubuh mengalami kenaikan suhu secara tiba-tiba. ''Pada penyakit lain biasanya demam naik perlahan, tidak cepat,'' jelas Hudyono seraya membeberkan pentingnya melakukan pemeriksaan darah dua hari berturut-turut sebagai langkah waspada serangan demam berdarah.

Sementara itu, orang yang terserang demam berdarah akan mengalami dua kali puncak demam. Suhu normal tubuh yang bertengger di angka 36 derajat Celsius mendadak naik lantas turun lagi untuk kemudian kembali melonjak. ''Siklus demamnya mirip seperti pelana kuda,'' kata Hudyono yang menyarankan dilakukannya uji torniquet untuk melihat lebih jelas keberadaan ruam bentol merah pada kulit orang yang diduga terkena demam berdarah.

Puncak demam pertama terjadi pada tiga hari pertama. Pada saat itu, suhu tubuh bisa mencapai 40 derajat Celsius. Pada hari keempat dan kelima, penderita akan mengalami fase kritis. Saat itu berlangsung, demam mereda dan suhu tubuh turun menjadi 37 derajat Celsius.

Banyak yang mengira penderita sudah pulih ketika suhu tubuhnya telah mendekati normal. Dengan berbagai alasan, penderita dipulangkan dari rumah sakit. ''Padahal, saat itulah ia harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit,'' cetus anggota tim Kajian Obat dan Industri Farmasi PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ini.

Mengapa demikian? Saat fase kritis terjadi, kondisi pasien bisa memburuk secara tak terduga. ''Biasanya penderita mengalami sakit perut, tidak bisa bangun dari tempat tidur, pusing, dan tekanan darah tidak teratur,'' papar Hudyono.

Tanda kegawatan lain terlihat dari tangan dan kaki yang terasa makin dingin. Adanya mimisan, kejang, lemas, dan muntah berkali-kali juga merupakan petunjuk yang memperjelas gambaran demam berdarah. Mereka yang mengalaminya setelah melewati fase demam pertama harus kembali dibawa ke rumah sakit.

Sindroma syok Di fase kritis pula pasien berisiko terkena dengue shock syndrome (DSS). Ini merupakan kelainan utama pada demam berdarah. Nyeri perut merupakan tanda awal. ''Kejadian syok dipercepat oleh dehidrasi,'' ucap Hudyono.

Di samping DSS, demam berdarah juga dapat berujung pada dengue haemorrhagic fever (DHF). Orang yang mengalaminya akan terus mengeluhkan sakit perut, keluar darah dari hidung dan gusi, atau kemerahan pada kulit. Mereka juga kerap muntah dengan atau tanpa darah.

Sebetulnya, perdarahan bisa dicegah dengan menghindari dan mengobati syok. DHF terjadi lantaran berbagai sebab. Entah karena turunnya trombosit, kelainan pada pembuluh darah, atau faktor pembekuan. ''Perdarahan saluran cerna masif mengikuti syok berat dapat mengakibatkan kematian,'' ujar dokter anggota Faculty of Pharmaceutical Medicine-Royal College, London, Inggris ini.

Kalau DHF berada pada kategori parah, penderita bisa jadi mengalami perdarahan di bawah kulit yang luas. Andaikan itu terjadi, perawat harus ekstra hati-hati dalam memasang infus, menyuntik, atau memasang transfusi darah. Jika salah, darah pasien dapat terus mengucur dan sukar dihentikan. ''Pada anak yang mengalami DSS, hindari pengambilan darah dari pembuluh darah di lipatan paha.''

Demam berdarah juga diikuti dengan rasa menggigil. Lantas, penderitanya tak jarang mengeluhkan nyeri di belakang bola mata. Sembelit, nyeri perut, nyeri sendi dan otot, kolik, dan sakit tenggorokan juga kerap dirasakan oleh penderita. ''Kalau ada tanda-tanda itu, segera bawa penderitanya ke dokter,'' saran Hudyono.

Lewat dari fase kritis, sekitar hari keenam dan ketujuh, penderita demam berdarah akan memasuki fase penyembuhan. Fase ini diperjelas dengan adanya demam tinggi, suhu tubuh sekitar 39 derajat Celsius. Demam ini merupakan reaksi tahap penyembuhan.

Perawatan
Tata laksana perawatan demam berdarah harus disesuaikan dengan derajat keparahannya. Penderita demam berdarah derajat satu dan dua -- mereka yang terkena DBD tanpa syok -- cukup dibawa ke ruang rawat sehari di Puskesmas untuk dimonitor trombositnya. ''Trombosit harus dimonitor dari waktu ke waktu,'' tegas Hudyono.

Sedangkan penderita demam berdarah derajat tiga dan empat harus mendapat pelayanan kesehatan di kamar perawatan hingga intensive care unit (ICU). Yang perlu mendapat perawatan ini adalah mereka yang telah mengalami perdarahan di tubuh, berupa mimisan atau luka pada saluran cerna. Jika terjadi perlukaan pada saluran cerna, tinja akan berwarna hitam menyerupai petis tapi lembek seperti aspal.

Lantas, kapan pasien boleh pulang ke rumah? Sejumlah pertanda bisa menjadi patokan. Pantaulah apakah penderita memperlihatkan perbaikan yang khas. ''Misalnya, ia tak lagi mengalami demam selama 24 jam tanpa asupan antiseptik, bintik merahnya memudar, nafsu makannya membaik, tampak lebih segar dan tak loyo, tidak sulit bernapas, dan kondisi syok-nya teratasi dalam tiga hari,'' urai dokter spesialis di bidang ilmu kesehatan dan keselamatan kerja ini.

Pemeriksaan laboratorium terhadap hematokrit dan trombosit juga dapat menentukan boleh-tidaknya pasien dipulangkan dari rumah sakit. Kadar trombosit yang sudah lebih dari 50 ribu dan naik dalam dua kali pemeriksaan menandakan kepulihan. ''Masa kritis sudah lewat jika trombosit di atas 100 ribu.''

Meredakan Ketidaknyamanan

Disebabkan oleh infeksi virus, demam berdarah sejatinya akan sembuh dengan membaiknya ketahanan tubuh. Namun, sejalan waktu, penderitanya dapat mengalami gangguan kesehatan yang serius dan bahkan kematian. Itu sebabnya, penderita harus mendapat penanganan yang tepat.

Sementara itu, ketidaknyamanan yang dirasakan penderita demam berdarah dapat dikurangi dengan berbagai cara. Susu, sari buah, air kelapa, teh, air masak plus garam oralit atau gula boleh diberikan kepada penderita. ''Yang paling baik, air kelapa,'' kata dr J Hudyono MS SpOk MFPM.

Minum dua liter cairan setiap hari dapat mencegah dehidrasi yang mungkin terjadi akibat muntah, tak mau makan, dan demam tinggi. Penderita perlu diinfus bila terus muntah, tidak mau minum, dan kadar hematokritnya cenderung meningkat.

Untuk meredakan demam, kompreslah dengan air dingin. Tak perlu memakai es batu. ''Saat panasnya sudah lebih dari 37,5 derajat Celsius, berikan obat penurun panas,'' saran dokter yang menjabat sebagai executive manager Unit Uji Klinik Obat, Farmakologi, dan Terapeutiks FKUI ini.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan parasetamol yang ketersediaannya banyak dan harganya murah sebagai obat penurun panas untuk penderita demam berdarah. Golongan ibuprofen dan asam asetilsalisilat tidak dianjurkan. ''Sebab, penggunaan keduanya pada demam infeksi dengue dapat meningkatkan risiko perdarahan dan terjadinya nyeri lambung,'' ungkap Hudyono.


sumber:republika.co.id

Tidak ada komentar: